Senin, 24 Januari 2011

MASYARAKAT KITA KURANG BACA TULIS?

Bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki kebudayaan yang luhur pula. Di sini budaya membaca dan menulis adalah salahsatu faktor yang menentukan perkembangan kebudayaan sebuah bangsa; seperti contoh bangsa Mesir yang terkenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban tertua di dunia karena sudah mengenal tulisan sejak lampau.
Salah satu contoh kita ambil bangsa Mesir. Bangsa Mesir sudah mengenal budaya membaca dan menulis semenjak rubuan tahun yang lalu. Pada waktu itu tulisan-tulisan yang muncul tidak seperti tulisan sekarang. Mereka masih menggunakan simbol-simbol untuk meninterpretasikan apa yang ada di fikiran mereka. Dan tulisan-tulisan atau simbol yang mereka pakai akhirnya di kenal sebagai tulisan Hieroglyph yang berupa gambar-gambar atau simbol. Kebanyakan tulisan-tulisan ini banyak terdapat pada bangunan piramida dan sebagian besar artefak-artefak yang ditemukan.
Sebagai salah satu faktor yang terpenting bagi perkembangan kebudayaan sebuah bangsa, sudah barang tentu kita harus aware terhadap kegiatan membaca dan menulis. Akan tetapi pada kenyataannya masyarakat kita masih atau mungkin belum terlalu perduli pada hal yang satu ini. Kebanyakan dari masyarakat kita lebih memilih menonton televisi atau sekedar mendengarkan radio untuk mendapatkan informasi ketimbang membaca majalah atau koran. Ini mungkin karena kultur lisan kita yang sudah ada terlebih dahulu dibandingkan dengan kultur menulis.
Kurangnya etos membaca dan menulis di Indonesia sudah mulai mengkhawatirkan. Seperti yang diungkapkan oleh A.Chaedar Alwasilah pada sebuah artikelnya. Beliau mengatakan bahwa buku yang di terbitkansetiap tahunnya di Indonesia pada tahun 2000-an, rata-rata hanya 2000 sampai 3000-an judul buku per-tahunnya, padahal populasi penduduk di Indonesia sendiri sekitar 220 juta jiwa bahkan lebih. Jika dibandingkan dengan Malaysia saja, kita masih tertinggal. Mereka setiap tahunnya rata-rata menerbitkan 6000 judul buku, padahal populasinya sendiri sepersepuluh populasi Indonesia. Berarti untuk mengejar Malaysia saja kita perlu menerbitkan sepuluh kali dari Malaysia, yakni 60.000 judul buku pertahunnya.
Bangsa Malaysia dulu mengirimkan siswa-siswanya untuk belajar di Indonesia dan banyak dosen-dosen atau guru yang diminta untuk mengajar disana. Memang pada sekitar tahun 1959-an tepatnya setelah Malaysia merdeka, mereka sangat giat menuntut ilmu dan salah satu tujuan mereka menuntut ilmu yaitu Indonesia. Akan tetapi pada kenyataannya sekarang keadaannya terbalik. Malaysia kini memiliki budaya litteratur yang sepertinya lebih baik daripada bangsa kita sekarang.
Kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang dipercaya dapat mengembangkan kualitas diri. Dari membaca kita akan dengan mudah mendapatkan informasi yang banyak. Sebenarnya dengan membaca otak kita akan terlatih untuk megingat hal-hal yang penting. Berbeda jika saat kita mendapatkan berita atau informasi dari hanya menonton televisi atau mendengarkan radio. Informasi yang dapat diingat tidak sebanyak nformasi yang kita dapatkan jika kita membaca.
Jika kita sudah banyak membaca buku pati banyak informasi yang akan kita dapatkan. Nah, jika sudah seperti itu kita dapat menuangkan ide atau gagasan kita kedalam sebuah tulisan. Dari informasi yang telah kita dapatkan dari kegiatan membaca sudah barang tentu kita dengan mudah memberikan sebuah inovasi atau gagasan yang lebih “fresh” kepada khalayak umum.
Sebenarnya Indonesia sendiri memiliki penulis-penulis handal. Salah satunya yaitu penulis muda yang bernama Andrea Hirata. Siapa yang tidak mengenal penulis muda berbakat ini. Dia adalah penulis novel berjudul Laskar Pelangi yang sempat booming pada tahun 2008 dan sekarang ia juga telah menerbitkan sequel novel Laskar Pelangi yaitu Sang Pemimpi. Dari keterangan di atas bisa dikatakan bagwa Andrea Hinata adalah seorang penulis yang aktif.
Hal ini membuktikan bagwa Indonesia juga mempunyai potensi dalam bidang litteratur. Bukan suatu hal yang rudak mungkin jika bidang litteratur di Indonesia akan tumbuh psat dikemudian hari. Masih banyak penulis-penulis di negara ini. Tetapi sayangnya penulis-penulis kita belum tergerak hatinya untuk menghasilkan sebuah karya tulis .
Dari kegiatan menulis, kita tidak hanya mendapatkan ilmu dan kepuasan jiwa tetapi juga keuntungan finansial. Seperti contoh diatas, seorang penulis juga busa menjadi miliarder yang sukses. Satu hal yang harus ditanamkan pada diri kita, bukan melainkan suatu hal yang lebih berharga dari pada materi yaitu “ILMU”. Maka dari ity kembangkanlah kemauan membaca dan menulis kita. Ingat pepatah mengatakan “Ilmu yang tidak dibagikan bagaikan pohon yang tidak berbuah”.
Tidak ada hal yang tidak mungkin dalam hidup ini, seperti pepatah Inggris mengatakan “ If there is a will, there is a way”, dimana ada kemauan pasti disitu ada jalan. Jadi buktikan bahwa masyarakant Indonesia memiliki budaya yang luhur dalam bidang litteratur...